Kebesaran HMI: Bangun Bung! Jangan HMI Bermimpi!

Himpunan Mahasiswa Islam itu adalah organisasi besar. Apa karena suatu organisasi memiliki umur yang cukup tua lalu bisa dikatakan besar? Lalu mengapa kita tidak mengatakannya uzur sekalian?

…untuk membesarkan HMI kita harus meninggalkan mereka yang sudah bebal akal budinya dimakan penyakit pragmatisme

Kebesaran HMI jika hanya menjadi mitos maka itu harus dilawan. Tidak pernah lagi kita dengar HMI dapat melakukan gerakan secara massif. Apa karena sudah pintar melakukan negosiasi? lalu melupakan sikap kritis dalam menyikapi setiap kondisi yang ada. Jika iya, maka HMI adalah bagian dari masalah.

Kita tidak pernah lagi mendengar adanya aksi besar-besaran dari HMI. PB HMI sudah pasti tidak bisa memberikan instruksi, karena mereka sudah tidak lagi memiliki daya kritis. Namun kita selaku kader HMI yang masih aktif dengan pergulatan pemikiran layak untuk tetap melakukan aksi dan mengupayakan bersatunya kembali kekuatan gerakan mahasiswa khususnya Gerakan HMI untuk menyampaikan kepada penguasa negeri ini bahwa HMI tidak akan membiarkan terjadinya tindakan ketidakadilan di Indonesia.

Power itu ada pada akar rumput!

Gerakan Mahasiswa HMI Islam

Kita terbiasa dengan Marx yang membagi masyarakat kedalam Supra struktur dan base struktur. Dalam masyarakat pada umumnya supra struktur adalah mereka para pemilik modal yang berjumlah jauh lebih sedikit daripada masyarakat biasa (base). Namun hal yang sama sekali terbalik terjadi di HMI.

Dikarenakan HMI adalah organisasi perkaderan, capital dari HMI bukanlah modal material. Kapital dari HMI adalah social capital, kekayaan HMI adalah intelektualitas. Maka dari itu kekayaan HMI justru ada pada base, atau kita sebut dengan basis komisariat yaitu ujung tombak perkaderan (HMI Komisariat)

Karena yang masih belajar dan akan terus belajar senantiasa memperkaya pengetahuan dan mengeksplorasi pemikiran adalah basis. Pada HMI power terbesar ada ditangan Basis Komisariat. Ini berbeda sangat terbalik dengan apa yang diungkapkan Marx.

Jika kekuasaan secara struktural di HMI dipegang oleh orang yang tidak memiliki concern terhadap perkaderan, kajian keilmuan, dan intelektualitasnya dangkal, maka niscaya mereka tidak memiliki kekuasaan (power) di HMI. Power HMI sebenarnya ada ditangan komisariat.

Realitas atau Mitos?

Karenanya, kita kader di komisariat harus secara teliti menilai, apakah kebesaran HMI adalah realitas atau mitos belaka? Jika kebesaran HMI disebut-sebut karena banyaknya alumni HMI maka kita patut mempertanyakan. Karena itu berarti kebesaran KAHMI, bukan kebesaran HMI.

HMI besar karena independensi, HMI besar karena keberanian untuk membela yang benar, karena kemampuan untuk merekrut kader pejuang intelektual Islam sebanyak-banyaknya dari-tahun ke tahun dan itu adalah kerja komisariat. Bukan sesuatu yang hebat untuk berpangku tangan duduk menempati kantor pengurus besar HMI. Bukan Besar namanya jika pada momen-momen krusial HMI di-Seluruh Indonesia tidak mampu memiliki suara yang bulat untuk menyatakan responnya.

Karenanya, untuk membesarkan HMI kita harus meninggalkan mereka yang sudah bebal akal budinya dimakan penyakit pragmatisme. Kita harus meninggalkan mereka yang menjadi pengurus besar, yang seharusnya menjadi pemimpin yang dapat memberikan arahan. Pengurus Besar harus diganti saja menjadi Perut Besar.

Untuk setiap momen penting dan penentuan keputusan, HMI harus ikut serta mengawal dan menjaga setiap hal tersebut dari penyelewengan. HMI harus bergerak cepat. Mari jalin hubungan silaturahmi yang kuat. Biarlah PB HMI sibut menjalin hubungan dengan alumni HMI. Kita tinggalkan mereka dan bergerak dengan pasti kepada gerakan mahasiswa. Dinamika gerakan sedang lemah lesu, dan kini saatnya HMI menjadi pionir dalam menentukan arah gerakan mengambil kembali kepemimpinan intelektual dan moral gerakan mahasiswa.

Ini saatnya bangun, dan membangunkan yang lain. Jangan terlalu lama bermimpi atau nurani akal budi kita akan ikut termakan virus pragmatisme.

Karena pengurus besar SELALU terbukti tidak mampu melakukannya.

HMI Komisariat: Ujung Tombak Gerakan, Sumber Inspirasi dan Gairah Perjuangan

Himpunan Mahasiswa Islam telah hidup di bumi Indonesia selama bertahun-tahun. HMI sebagai sebuah institusi memiliki tujuan yang sangat mulia. Secara sederhana HMI memiliki ruang lingkup perjuangan yang meliputi 3 hal: Pemikiran, Keislaman dan Pergerakan Sosial.

…terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyrakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT…

Namun setiap organisasi mahasiswa memiliki tujuan mulia yang tercantum dalam AD dan ART nya. Semua itu bukanlah ukuran. Karena terkadang usia bergerak bersamaan dengan menurunnya ghiroh perjuangan. Di negara ini, Indonesia tercinta, partai yang berusia tua adalah partai yang paling pragmatis, partai yang dari pemilu-ke pemilu dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang kian waktu mulai kehilangan idealismenya.

Begitu pula organisasi mahasiswa. Sejarah membuktikan setiap organisasi mahasiswa yang belum memiliki alumni yang ikut berkecimpung dalam ranah kekuasaan adalah organisasi mahasiswa yang tidak pernah kehabisan bara perjuangan. namun kemana bara itu lenyap? Kemana panas didada melihat ketidakadilan itu pergi? Apakah karena mereka semua sudah mulai mencium wanginya duit?

Materi, kekuasaan, dan iming-iming lainnya adalah rintangan yang selalu saja ada disetiap jalan para pejuang. Tak juga ketinggalan HMI. Kemanakah Cak Nur-Cak Nur Muda? Ahmad Wahib-Ahmad Wahib baru? Kemanakah para pemikir, mahasiswa-mahasiswa yang dalam usia mudanya bergairah membara untuk berkecimpng di kawah candradimukanya perkaderan? Kemana para pejuang intelektual yang setiap kepergiannya ke ruang belajar (kampus) diniatkan untuk melakukan penyebaran idealisme?

Continue reading “HMI Komisariat: Ujung Tombak Gerakan, Sumber Inspirasi dan Gairah Perjuangan”