Opini publik sebagai hukuman sosial

Oleh: Nurudin

Kasus “Cicak vs Buaya” menjadi semakin ruwet. Keruwetan ini muncul setelah menyeret banyak pihak yang terkait. Kasus itu semakin mendapat perhatian masyarakat luas setelah dengar pendapat Komisi III DPR dengan Kapolri beberapa waktu lalu.

Terungkap, Kapolri membela dan ingin mengembalikan kewibawaan institusi Polri, Susno Duadji (mantan Kabareskrim) merasa tidak terlibat dalam kasus itu, bahkan sampai bersumpah sekalipun. Sementara dalam rekaman yang diungkap di Mahkamah Konstitusi (MK), nama dia justru sering disebut. Pertanyaannya adalah apakah Anggodo sedang melakukan “dramatisasi” sebuah perkara? Continue reading “Opini publik sebagai hukuman sosial”

HMI ON THE MOVE

Posting ini di sadur dari proposal “HMI ON THE MOVE” HMI Cabang Jember Komisariat Sastra yang disusun tanggal 5 februari 2006 yang saya rasa masih relevan dengan kondisi perkaderan HMI komisariat-komisariat lain.

Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maka Penyayang.

Dengan segenap rasa sukur ke hadirat Allah SWT,  kami menyusun proposal ini, untuk mewujudkan sebagain dari tugas sejarah yang dibebankan kepada kami, terutama sebagai pribadi yang pernah aktif dan menjalani perkaderan di HMI.

I. TRADISI DAN WARISAN PERKADERAN SEBAGAI IDE DASAR

Perkaderan merupakan inti utama kekuatan HMI yang hari ini menggenapkan usianya yang ke-62. Perkaderan bukanlah semata-mata proses pewarisan tradisi dan sejarah HMI, tetapi juga merupakan cara HMI merespon, mengadaptasi, dan mengambil peranan yang disediakan oleh sejarah. HMI hidup mati bersama sejarah bangsa Indonesia dan umat Islam Indonesia.

Perkaderan, pada skala ruang lingkup sosial yang lebih kecil, mengemuka dalam berbagai entitas. Salah satu entitas yang terpenting diantaranya adalah pembentukan komunitas (community building). Di era dimana peranan teknologi yang berkembang pesat dan semakin mempermudah cara hidup manusia, proses pengorganisasian sosial dalam kehidupan manusia seringkali justeru tertinggal.

Atomisme, individualisme, anti-sosial, kehilangan makna, dan menguapnya dimensi-dimensi spiritual dari kehidupan, untuk sebagian merupakan akibat yang sulit dihindari dari berkembangnya teknologi, yang telah merambah ke segala sudut kehidupan manusia, dan secara tidak sadar menjadi ancaman baru bagi kebebasan manusia.

Teknologi, betapapun, harus bertujuan melayani hidup yang semakin berkualitas, dan mempertinggi tanggungjawab sosial-kemanusiaan. Dalam scope perkaderan, teknologi berarti mempertinggi kesanggupan kader, untuk mengartikulasikan tujuan-tujuan HMI, memperluas wilayah perwujudannya, yang secara kreatif dibuat untuk mengembangkan tradisi-tradisi baru yang positif, terutama dalam menghadapi berbagai persoalan-persoalan aktual yang dimunculkan oleh kemajuan.

Akhirnya, Islam baik sebagai agama, way of life, maupun guiding principles, merupakan sumber yang tiada habis-habisnya memberi petunjuk, inspirasi, dan koreksi, bagi HMI, dalam menempuh perjalanan yang panjang untuk menunaikan tugas sejarahnya.

HMI Komisariat adalah wahana perkaderan yang memiliki arti strategis, untuk selalu berada sejalan dengan perkembangan kemajuan, baik pada tingkatan sosial maupun kebudayaan. Justeru karena posisi Komisariat yang langsung berada di garda terdepan kehidupan mahasiswa, maka Komisariat pada hakekatnya berada di tengah arus sejarah kemajuan masyarakat.

II. PERKADERAN DAN TANTANGAN EKSTERNAL YANG BERSIFAT KONTEMPORER

Perkaderan, karena sifatnya sebagai aktivitas yang hidup, berkelanjutan, dan berkembang sejalan dengan kondisi aktual dalam masyarakat, dengan sendirinya juga akan menghadapi tantangan-tantangan aktual. Tantangan perkaderan paling aktual dewasa ini antara lain terdiri dari: globalisasi, determinsime teknologi, rasionalitas ekonomi dan pengorganisasian masyarakat, kontestasi kebudayaan di berbagai arena.

A. Globalisasi

Pada hakekatnya globalisasi merupakan tahapan lebih jauh dari perkembangan kapitalisme, yang tidak lagi bisa terbendung atau terbatasi oleh kekuatan apapun, termasuk negara. Globalisasi telah merubah konsep ruang dan waktu, sebagaimana dewasa ini tercermin dalam arus perpindahan segala bentuk kapital—seperti uang, benda-benda, kebudayaan, teknologi, dan informasi—yang berlangsung dalam skala kecepatan yang begitu tinggi, dan menembus semua batas ruang sosial maupun pribadi. Globalisasi merupakan daya utama penggerak perubahan masyarakat, bersifat tidak terelakkan dan tak mungkin dihindari. Karena itu, sisi positif dari globalisasi merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan dalam rangka mendorong berlangsungnya perubahan-perubahan positif dalam berbagai satuan sosial, mulai dari individu, keluarga, komunitas, masyarakat, maupun negara.

B. Determinisme Teknologi

Detreminisme teknologi merupakan resultan dari perkembangan masyarakat industri (industrial society) yang secara bertahap telah berhasil menggantikan peranan masyarakat tradisonal (traditional society) sebagai lokus utama bagi perkembangan peradaban manusia. Determinisme teknologi—terutama dalam dunia yang tengah terintegrasi sepenuhnya melalui teknologi informasi—pada akhirnya menghadirkan rasionalitas teknologi dalam kehidupan masyarakat. Teknologi telah berkembang bukan saja sebagai instrumen dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga membentuk suatu jenis kesadaran baru, dimana perkembangan dunia sosial dan dunia personal tidak mungkin lagi menutup diri dari pengaruh teknologi. Teknologi pada bentuknya yang asli adalah sesuatu yang netral, tetapi dalam dunia sosial, teknologi bisa berarti membebaskan manusia dengan memberi daya kemampuan yang tinggi dalam menghadapai dan mengelola berbagai persoalan. Di sisi lain, teknologi dengan sifat rasional, impersonal, dan dehumanistik yang dikandungnya, juga merupakan ancaman potensial bagi kebebasan manusia, terutama jika sikap terhadap teknologi bersifat eksploitatif.

Daya jangkau teknologi yang demikian luas, dibarengi kemampuan teknologi dalam mendorong terjadinya perubahan sosial, menciptakan fenomena “atomisme” atau individualisme dalam kehidupan masyarakat. Hal terpenting dari menguatnya individualisme—baik sebagai sebab maupun akibat dalam kaitannya dengan teknologi—telah mendorong lahirnya berbagai bentuk “solidaritas baru” untuk mempertahankan tegaknya suatu masyarakat. Ini terkait dengan fakta bahwa atomisme dalam dunia sosial menghasilkan ruang kebebasan pada tingkat individual, namun melemahkan sumber-sumber utama pembentuk solidaritas dan integrasi dalam masyarakat, seperti tradisi, ikatan-ikatan primordial, maupun ikatan-ikatan emosional. Salah satu bentuk solidaritas baru yang muncul akibat menguatnya peranan teknologi itu adalah berkembangnya pembagian kerja atau division of labor. Betapapun, pembagian kerja merupakan tuntutan yang tak terelakkan, dan merupakan salah satu sumber pembentukan solidaritas, yang berguna untuk mendukung terbinanya keutuhan masyarakat.

C. Rasionalitas Ekonomi dan Pengorganisasian Masyarakat

Rasionalitas ekonomi dan pengorganisasian masyarakat merupakan dua sisi dari satu keping mata uang yang sama dalam masyarakat modern. Motif, dorongan, dan kepentingan ekonomi merupakan mesin utama yang menggerakkan masyarakat. Rasionalitas ekonomi membentuk kesadaran kalkulatif, memperkuat pola hubungan kontraktual, mempertinggi kemampuan mengelola resiko, memperkuat orientasi mengejar keuntungan, memperbesar akumulasi aset, memperluas kegiatan investasi, dan mempertinggi kecakapan mengelola produksi. Rasionalitas ekonomi akhirnya berujung kepada penguatan peranan pasar. Rasionalitas ekonomi menjadikan pasar bukan saja sebagai institusi ekonomi, tetapi juga institusi sosial, politik, dan kebudayaan.

Institusi pasar, pada akhirnya, sangat berpengaruh dalam pembentukan corporate society, yaitu suatu masyarakat yang sumber-sumber ikatannya terbentuk atau berasal dari norma-norma institusi pasar, yang berbasis dari rasionalitas ekonomi. Corporate society—yang kehadirannya bisa dibedakan dari institusi state dan civil society—menghasilkan suatu solidaritas organik, yaitu solidaritas yang digerakkan oleh dorongan-dorongan organisasional yang bersifat ekonomis, teknologis, dan meninggalkan ikatan-ikatan tradisional yang berbasis ikatan kekeluargaan yang mengutamakan kegotong-royongan.

D. Kontestasi Kebudayaan

Kontestasi kebudayaan—terutama sebagai konsekuensi dari globalisasi, determinisme teknologi, dan rasionalitas ekonomi—pada hakekatnya terlahir sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, dan berlangsung dalam arena yang luas. Kontestasi kebudayaan timbul bukan saja karena norma-norma persaingan bebas dalam rasionalitas ekonomi turut berpengaruh dalam pengorganisasian masyarakat, tetapi juga didorong oleh keinginan untuk memenangkan suatu bentuk kebudayaan tertentu yang mampu menjamin “pelembagaan kemenangan” masyarakat modern atas berbagai jenis masyarakat lainnya yang tersisa.

Kontestasi kebudayaan, karena itu, seringkali ditingkatkan menjadi benturan kebudayaan, terutama karena terpicu oleh kenyataan bahwa dunia modern a la Barat dengan segenap kebudayaan yang dimilikinya, tidak bisa menerima kenyataan adanya berbagai jenis dunia kultural non-Barat, yang mampu bertahan hidup tanpa harus tergantung kepada Barat.

III. HMI DAN EVOLUSI CITA-CITA KEMASYARAKATAN

Salah satu aspek menarik dalam sejarah perjalanan HMI adalah terkandungnya sejumlah cita-cita sosial kemasyarakatan, yang merekam perjumpaan HMI dengan berbagai peristiwa penting, di berbagai era yang dilaluinya. Artikulasi cita-cita kemasyarakatan itu terekam dari sejarah perkaderan HMI yang mengusung cita ideal (das sollen) baik pada tataran individu, maupun pada tataran community dan society. Dimensi perkaderan dalam wilayah pembentukan karakter dan pembentukan komunitas merupakan proses yang terjadi pada wilayah anggota HMI. Sedangkan dimensi perkaderan dalam wilayah kealumnian lebih menyentuh ke berbagai wilayah societal, yaitu wilayah-wilayah masyarakat yang terkait dengan fungsi-fungsi kelembagaan yang luas dan menyebar dalam masyarakat, baik di lapangan politik, ekonomi, maupun sosial-kebudayaan. Tujuan HMI merekam dengan baik seluruh rangkaian proses simultan ini, dengan mengartikulasikannya ke dalam kalimat sederhana, namun bersifat operasional dan kaya makna: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.”

Cita-cita kemasyarakatan ini juga mencerminkan pengaruh kuat dari dua bentuk masyarakat yang bersifat inheren dan saling mempengaruhi dalam sejarah perkembangan HMI. Keduanya adalah Masyarakat Islam (Islamic society) dan masyarakat modern (modern society). Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berlandaskan moral, proaktif terhadap toleransi, perdamaian, dan kemakmuran, mendukung prinsip-prinsip inklusifitas (dengan merangkul semua manusia tanpa membedakan latar belakang suku dan golongan ke dalam Islam), mendukung ide-ide kemajuan, dan terbangun di bawah kedaulatan Tuhan (Islamic society is a society which is moral-based, proactive for tolerance, peace and prosperity, supporting the principles of inclusion, ideas of progress, and guided by the God sovereignty).

Pada sisi yang bersebelahan, HMI juga berkaitan dengan cita-cita yang berbasis dari dinamika masyarakat modern, yang terdefinisikan sebagai sebuah masyarakat rasional yang berbasis teknologi dan ekonomi, mendukung tegaknya kesederajatan, kemakmuran, dan stabilitas, proaktif terhadap ide-ide sekular dan ide-ide kemajuan, dan menyatukan berbagai keragaman dalam ikatan keadaban (modern society is a society which is based on technology and economy, promoting equality-prosperity-stability, and proactive upon secular ideas and ideas of progress, and uniting diversity within the bond of civility).

Dalam konteks kenegaraan, cita-cita sosial kemasyarakatan HMI juga sejalan dengan cita-cita nasional kemerdekaan Indonesia, yaitu terwujudnya masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila.

Berbagai cita-cita sosial kemasyarakatan yang hidup dan menghidupi, serta menggerakkan sejarah perjalanan HMI itu, pada sejumlah momentum terlihat menampilkan ekspresi terkuatnya, namun pada momentum yang lain, tersaput oleh perilaku-perilaku penyimpangan, yang digerakkan oleh kepentingan-kepentingan jangka pendek dan tidak prinsipil. Meski demikian, sebagai sesuatu yang genuine, cita-cita sosial kemasyarakatan HMI itu sesungguhnya tidak pernah mati.

HMI dan Nurcholish Madjid

Dalam sebuah Diskusi dengan Seorang Budayawan ” D. Zawawi Imron (DZ) ” di Yabina Jember, ia pernah bertanya kepada peserta diskusi (seminar), “Sebenarnya HMI dengan Cak Nur itu lebih hebat yang mana?” kemudian Zawawi berpendapat “Menurut saya, Cak Nur jauh lebih besar, jauh lebih hebat dari HMI!”

Dulu, waktu Soekarno berkuasa, seolah-olah Indonesia identik dengan Soekarno, dan hal yang sama juga terjadi ketika Soeharto berkuasa. Pandangan di atas dibarengi sedikit pengertian salah kaprah, bahwa rejim Soekarno hanya akan berumur sepanjang usia Soekarno. Demikian pula dengan rejim Soeharto, yang kekuasaannya akan berumur sepanjang usia Soeharto.

Hal yang lebih salah kaprah lagi, negara (Indonesia) diidentikkan dengan pemerintah, padahal pemerintah hanyalah penyelenggara negara. Dus artinya, negara akan abadi, sedangkan pemerintahan bisa berganti-ganti.

Amien Rais dulu menyebut “fenomena kayak beginian” sebagai “syirik politik,” dan karena itu pandangan seperti itu harus diruntuhkan. Jika kita konsekuen dengan cara berpikir yang realistis seperti itu, maka akan SANGAT MENYESATKAN jika dikatakan HMI mati bersama wafatnya Cak Nur.

Memang cak Nur hebat, sanggup merumuskan NDP, dan meninggalkan warisan yang amat berharga dalam perjalanan sejarah HMI. Namun kebesaran figur Noercholish tak berarti harus berujung pada suatu cara pandang yang miopik, yang rada-rada rabun gitu, dalam memandang fenomena HMI. Mengidentikkan HMI dengan Cak Nur kurang tepat, meski tidak salah. Letak kurang tepatnya adalah… HMI memiliki tradisi sejarah yang panjang, sangat pluralis, dan dibesarkan dalam situasi-situasi yang crucial, diantaranya bahkan dalam suasana negara penuh konflik.

Toh, Noercholish tak selalu hadir dalam suasana seperti itu. Namun Cak Nur diuntungkan oleh sejarah karena dari sebagian “suasana crucial itu” Cak Nur hadir, dan mirip sebagai “seorang penempa baja sejarah hmi ketika baja itu tengah membara.” Ingat, Noercholish menjadi ketua umum PB HMI pada periode 1966-1971, sebuah periode yang sangat menentukan dalam sejarah Indonesia, sebuah periode transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto, yang bahkan menurut istilah Cak Nur sendiri sebanding dengan sejarah civil war atau perang sipil dalam sejarah Amerika Serikat.

Hasil dari peristiwa besar itu, di Indonesia komunisme terhapus dari panggung politik Indonesia, dan umat Islam bersama ABRI menjadi tulang punggung orde baru dan memegang amanat menjalankan kekuasaan negara. Di Amerika Serikat, civil war menghapus sistem perbudakan, mengibarkan kemenangan demokrasi, dan mengubur feodalisme.

Selanjutnya, HMI begitu dalam bermitra dengan kekuasaan Orde Baru, sebagian juga karena strategi yang dirancang Cak Nur sendiri, yang menghendaki agar umat Islam tidak terbiasa dengan mentalitas “di luar pagar”…artinya, tidak terbiasa berada di luar birokrasi negara dan terus menerus mengembangkan gagasan tentang negara Islam, yang ujung-ujungnya membawa umat Islam kepada pemberontakan bersenjata.

Mungkin Cak Nur tidak terlalu jauh membayangkan bahwa strateginya itu di belakang hari terbukti menjadi beban, khususnya, bagi anak-anak HMI. Memang, cak Nur bersama rekan-rekannya sesama intelektual muslim dan aktivis HMI telah merancang berdirinya ICMI, suatu bentuk “organisasi proto partai politik” yang dibungkus sebagai gerakan sosial umat Islam, karena waktu itu tidak mungkin umat Islam mendirikan partai politik di luar PPP, Golkar, dan PDI.

Cak Nur mewariskan ide-ide besar, juga strategi-strategi yang bersifat gradual, dalam mengintegrasikan secara penuh umat Islam Indonesia ke dalam Republik Indonesia. Semua anak HMI mahfum tentang hal itu, kecuali yang diragukan ke-HMI-annya.

Maka menjadi jelas, bahwa struktur mental orang Indonesia yang paternalistik, akan mudah membentuk kesadaran anti demokratis dalam memaknai sepak terjang Cak Nur. Dalam bahasa sederhana, Cak Nur wafat, HMI tamat.

This is really a very misleading judgement!

Tengoklah sendiri, ketika Mas Anas Urbaningrum terpilih dalam Kongres HMI di Yogya, dan suasana kongres diwarnai ricuh-ricuh, dengan enteng Cak Nur bilang….HMI itu udah kayak besi tua, karatan…

Beberapa tahun sebelumnya, Cak Nur masih memuji bahwa suasana kongres yang diwarnai ribut-ribut sesungguhnya mencerminkan dinamika di internal HMI, sebuah dinamika yang memiliki arti positif jika disalurkan dengan benar.

Ini semua membuktikan bahwa membandingkan HMI dengan Cak Nur pada era 80-an ke atas–suatu era yang jauh berbeda dengan era Cak Nur–sangat tidak proporsional.

Cak Nur lebih besar dari HMI?

Ngapain kita musti masuk ke wilayah pertanyaan yang nggak produktif seperti itu. Noercholish toh besar karena HMI juga. Memisahkan HMI dari Noercholish, mengutip ungkapan almarhum Jenderal AH Nasution, sama saja dengan memisahkan air dengan ikan.

Jujur saja, kita nggak usah hipokrit-lah bahwa karena kebijakan yang digariskan terhadap HMI oleh generasi Noercholish dulu…justeru menjadi salah satu sebab utama mengapa HMI menjadi seperti sekarang!

Jika ada kesalahan, maka kesalahan terbesar justeru pada perkaderan HMI sendiri, yang membuat HMI menjadi gagap terhadap berkembangnya era demokratisasi di Indonesia, terlebih-lebih karena para kadernya terlalu terbiasa meniru abang-abangnya yang pingin berkuasa melalui birokrasi negara. Memang… untuk ini Noercholish bisa disebut bersalah sekaligus berjasa…tapi itulah harga sebuah pilihan politik!

Rasa marah, minder, gemes, dan mungkin muak di kalangan orang-orang yang pernah aktif di HMI terhadap sepak terjang HMI dewasa ini, terutama setelah mengamati Kongres HMI di Makassar, sangat masuk akal dan bisa dimengerti.

Memang, HMI perlu perubahan revolusioner!

Sayangnya, momentum terjadinya perubahan seperti itu tidak tersedia lagi. Demokrasi menghendaki kesabaran, keuletan, dan ketelatenan…terutama dalam membangun konsensus bagi lahirnya tradisi organisasi yang baik. Memasang kepercayaan tinggi bahwa HMI akan mampu melakukan hal itu memang sangat beresiko. Investasi ke arah itu memerlukan syarat mutlak, antara lain: Masa depan anak-anak HMI harus ditentukan oleh anak-anak HMI sendiri, bukan oleh alumninya, oleh kelompok-kelompok tertentu di luar HMI, apalagi oleh kekuasaan negara sebagaimana di waktu lalu. HMI harus memilih jalan yang tegas, yakni sebagai anak umat Islam sekaligus anak bangsa Indonesia. Ini semua membuka peluang luar biasa besarnya bagi “rekayasa masa depan HMI,” karena hampir seluruhnya mengandalkan kreatifitas yang bersifat lokal.

Meniru Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), sejak lama setelah berakhirnya kepemimpinan Datuk Anwar Ibrahim di ABIM yang sangat bersejarah, telah dimapankan model-model organisasi yang bersifat federatif, dan sepenuhnya menyatu ke dalam barisan umat Islam Malaysia, sekaligus menjadi penyuplai utama dalam sistem politik Malaysia yang didominasi para puak Melayu.

Di Indonesia, masalahnya sedikit rumit karena HMI harus menerima kenyataan bahwa umat Islam Indonesia tidaklah satu, terpecah-pecah ke dalam berbagai organisasi, dan masing-masing dalam hubungannya satu sama lain seringkali memiliki sejarah yang tak jarang diwarnai konflik.

Mungkin….suatu saat akan ada orang mengatakan… HMI nggak perlu ada, toh sudah ada IMM yang Muhammadiyah banget, atau PMII yang NU banget itu… atau ada lagi organisasi mahasiswa onderbouw Ormas Islam yang lain…

Pandangan seperti ini sama simplisistis-nya dengan pandangan Zawawi Imron!

HMI hari ini memang menghadapi krisis yang berat, dan begitu banyak kader HMI, atau alumni HMI yang kehilangan kepercayaan diri, diserang rasa minder yang hebat, dan mengutip cak Nur, mengidap semacam psikose yang symptom atau gejalanya berupa “adegan banting gelas” karena “minuman yang dijanjikan terasa manis dan segar ternyata pahit dan menyakitkan tenggorokan.”

Bagi sebagian besar keluarga HMI “sindroma banting gelas” ini masih akan berumur lama, karena sindroma ini baru akan bisa disembuhkan jika HMI mampu melakukan reformasi mendasar, baik dalam hal perkaderan, pedoman organisasi, attitude, keberpihakan, dan koreksi terus menerus terhadap perjalanan sejarahnya.

HMI adalah sebuah institusi…sama seperti TNI juga sebuah institusi.

Reformasi institusional dalam sejarah terbukti baru berjalan efektif jika terjadi pertemuan dua faktor utama, yaitu faktor obyektif dan faktor subyektif. Faktor obyektif adalah kondisi eksternal yang ada di luar HMI, dalam hal ini perubahan-perubahan mendasar yang terjadi dalam masyarakat, yang mempengaruhi pula terjadinya perubahan dalam sejarah perjalanan Republik Indonesia. Sedangkan faktor subyektifnya adalah kesadaran yang muncul di kalangan para kader HMI, yang merasa terpanggil oleh tugas sejarah, untuk memprakarsai langkah-langkah reformasi di internal HMI sendiri.

Tentu saja… Kita bersukur masih ada orang seperti Zawawi Imron yang “maksain” membanding-bandingkan kebesaran HMI sebagai institusi dengan figur Noercholish Madjid sebagai pribadi.

Kita bersukur karena lontaran itu diungkapkan oleh orang yang kayaknya berada di luar HMI–dus artinya pemahamannya terhadap sejarah HMI bisa kita maklumi jika sangat terbatas–tetapi masih berada dalam lingkaran keluarga besar umat Islam Indonesia.

Penilaian semacam itu semestinya bisa memberi arti positif kepada para kader HMI, terutama dalam memperkuat komitmennya dengan memperbaiki secara terus-menerus proses-proses perkaderan yang ada di HMI, dan tidak menyerah atau pasrah kepada situasi.

Insyaallah…. dalam beberapa tahun ke depan, kader-kader semacam itu akan mampu memacu geliat HMI sebagai sebuah organisasi perkaderan, yang kehadirannya masih tetap aktual dan kontekstual dengan tuntutan situasi dewasa ini.

Akhirnya … perlu di tegaskan bahwa SAMA SEKALI TIDAK ADA DORONGAN DAN SUASANA APOLOGETIK dari posting yang panjang ini….

Kita semua prihatin melihat keberadaan HMI saat ini, tapi jangan sekali-kali kita kehilangan kepercayaan kepada masa depan. Justeru karena kita ber-Islam, ber-Iman, dan ber-Ikhsan… kita harus tetap realistis sekaligus optimis memandang masa depan.

Laa Takhof Wa Laa Takhzan….

Contributed to Hadiwin dan Aziz Andrianata

JK: Saya Tak Tahu Apa yang Dimaksud Presiden

Dear all,

Ada yang menarik dari berita ini, terutama jika dikaitkan dengan keinginan SBY agar JK masih mau membantunya. Ungkapan “minta bantuan” atau “tetap diperlukan pemerintah” juga pernah diungkapkan Pak Harto, waktu Pak Adam Malik mengakhiri masa baktinya sebagai Wapres (1978-1983). Hanya saja konteksnya beda. Pak Adam saat itu masih berpikiran akan dipercaya Pak Harto untuk menjadi wapres lagi. Pak Harto sendiri tak pernah merinci apa yang dimaksud agar “Pak Adam tetap membantu pemerintah.” Makna ungkapan itu makin kabur ketika Pak Umar Wirahadikusumah kemudian terpilih menjadi wapres menggantikan Pak Adam. Kabarnya, Pak Adam sampai sakit gara-gara itu. Gosipnya, para jenderal di sekeliling Pak Harto kurang sreg dengan Pak Adam, yang karena sikap kritisnya seringkali pendapat-pendapatnya terlihat independen. Mungkin kita masih cerita Pak Adam ketika mengatakan kepada almarhum Jenderal Panggabean: “Kasihlah ide lebih banyak kepadaku, jangan hanya alternatif militer belaka.” Kata-kata itu sempat muncul di sela-sela ngomongin persoalan keamanan dalam negeri.

Yang jelas, sampai Pak Ada meninggal, kata-kata Pak Harto agar Pak Adam turut membantu pemerintah tidak pernah terwujud hingga ke tahap impelmentasi tertentu. Tetapi membantu dalam pengertian turut mendukung program pembangunan sudah barang tentu dilakukan Pak Adam, tetapi hanya dalam posisi sebagai warganegara biasa, tanpa kedudukan politik yang strategis sebagaimana dibayangkan akan seperti itu.

Pembanding kedua dalam sejarah Indonesia — meski sama tapi tak sebangun dalam perbandingan ini — adalah tatkala perpecahan antara Bung Karno dan Bung Hatta benar-benar tidak terelakkan, dan berakhir dengan pengunduran diri Bung Hatta pada akhir tahun 1956.

Yang menarik adalah Bung Karno dan Bung Hatta secara personal mengatakan bahwa hubungan pribadi mereka berua tidak terganggu, meski pandangan-pandangan politik keduanya telah berbeda begitu jauh. Karena itu, para pendukung Bung Karno dan Bung Hatta, merancang sebuah acara yang kemudian dikenal dengan Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP) pada tahun 1957. Acara ini demikian “spektakuler” dan dihadiri oleh semua pejabat tinggi pemerintah baik dari kalangan sipil maupun militer. Pangdam Diponegoro Kolonel Soeharto hadir bersama Gubernur Jawa Tengah Moenadi. Para panglima militer dari daerah yang hadir di MUNAP ada Letkol Ahmad Husein, Letkol Ventje Sumual, Letkol Hidayat, dan beberapa lagi.

Sebuah panitia kecil beranggotakan 10 orang dibentuk untuk melakukan dua hal. Pertma, menyusun langkah-langkah nyata dalam menyatukan dwitunggal Soekarno-Hatta. menyusun semacam draft pernyataan yang akan menjadi piagam penyatuan dwitunggal.

Tetapi Soekarno dan Hatta bukan Yudhoyono dengan Kalla. Setidaknya begitulah perkembangan peristiwa yang terjadi menyusul Munap 1957. Soekarno dan Hatta yang diberi kesempatan untuk berpidato dalam MUNAP 1957 menyatakan bahwa jiwa Proklamasi 17 Agsutus 1945 tidak boleh padam, dan RI akan tetap tegak berdiri betapapun besarnya rintangan yang dihadapi.

Tetapi apakah dwitunggal akan bersatu kembali? Ternyata tidak. Panitia 10 akhirnya menyatakan bahwa dua bapak bangsa itu tidak mungkin bersatu kembali memimpin pemerintahan. Tetapi kegagalan menyatukan dwitunggal ini setidaknya masih terobati, karena Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya bersedia secara bersama menandatangani PIAGAM PROKLAMASI, yang draft-nya disusun oleh Panitia 10 dan disepakati oleh seluruh peserta MUNAP. Piagam itu menegaskan bahwa dwitunggal tetap berpegang teguh dalam jiwa dan semangat Prokalamsi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan akan tetap menjaga dan mempertahankan keutuhan negara Republik Indonesia.

Barangkali, yang lebih menarik adalah melihat bagaimana Bung Karno mengangkat Soetan Sjahrir menjadi penasehat presiden setelah Sjahrir tidak lagi menjadi perdana menteri. Sjahrir menerima pengangkatan itu pada tahun 1947, suatu keputusan yang sebenarnya sulit dimengerti tetapi akhirnya bisa terjadi.

Sebagaimana diketahui, hubungan Sjahrir dengan Soekarno secara pribadi tidak mesra. beberapa kali keduanya terlibat dalam situasi penuh ketegangan, bahkan sejak awal tahun 1930-an selepas Bung Karno dibebaskan dari penjara dan Sjahrir baru sebagai seorang siswa di sebuah sekolah tingkat atas di Bandung. Pada suatu rapat resmi yang digelar oleh orang-orang Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), Sjahrir tiba-tiba menginterupsi pidato Bung Karno, dan mengatakan bahwa tidak pantas seorang pemimpin gerakan kemerdekaan “menghardik” siswa puteri yang bertanya dalam vergadering (rapat) saat itu. Soekarno terkesima dengan keberanian remaja bertubuh kecil, berwajah pucat, tetapi tatapan matanya begitu bercahaya.

Ketegangan terjadi kembali ketika Soekarno bersama Sjahrir dan Haji Agussalim diinternir Belanda, di wisma peristirahatan milik perusahaan timah di Pulau Bangka, selepas Agresi Militer Belanda kedua pada 19 Desember 1948. Sjahrir yang menyukai suasana damai, tenang, dan suka melakukan “percikan permenungan” berada satu rumah dengan Soekarno yang flamboyan, penggembira, suka dipuji, dan pada dasarnya megalomania alias ingin terlibat dalam segala hal.

Suasana ini menjadi tidak tertahankan, dan akhirnya pecahlah insiden kamar mandi yang terkenal itu. Kebiasaan Soekarno menyanyi keras-keras jika lagi mandi membuat Sjahrir marah. Begitulah, tatkala menyanyikkan lagu kesayangannya, terjadilah apa yang kemudian terjadi.

One day when we were young
One day in beautiful may
We kiss ….

Soekano demikian semangat menyanyikan lagu itu, sampai kemudian dia berhenti mendadak ketika mendengar Sjahrir berteriak: “Houd Je mound” ( artinya, shut your mouth atawa tutup mulutmu).

Haji Agussalim yang ikut mendengar kata-kata Sjahrir itu ikut terkejut. Betapapun, Soekarno 9 tahun lebih tua dari Sjahrir, dan dalam etika timur jelas sulit dimengerti ucapan Sjahrir. Bertahun-tahun kemudian, setelah Haji Agussalim membuka rahasia peristiwa itu secara terbatas, tetap masih tidak bisa memahami mengapa sampai terjadi begitu. Haji Agussalim sendiri pernah berpolemik dengan Bung Karno dalam surat kabar Pemandangan tentang asas nasionalisme dan Islam . Malahan, Soekarno yang lebih muda 15 tahun dari Salim, memanggil seniornya di dunia gerakan itu dengan panggilan “Saudara Salim” dalam sebuah artikel yang argumentatif, tetapi penuh insinuasi.

Setelah peristiwa itu, hubungan Soekarno dengan Sjahrir menjadi tegang. Apalagi, ketika pemerintah Belanda bermaksud mendatangkan Sjahrir ke Jakarta untuk membuka kemungkinan berunding, Sjahrir menerimanya tanpa meminta persetujuan Soekarno. Sjahrir akhirnya kembali ke Jakarta dan menghirup udara bebas, dan Soekarno mengomentari kejadian itu dengan mengatakan,”Bagaimanapun aku masih seorang presiden. Bagiku ia tidak setia.”

Di tahun 1946, wartawan AS Arnold Brackman sempat dibuat terkejut, ketika dia diajak Sjahrir ke Gedung Agung Jogjakarta untuk bertemu Soekarno karena Arnold ingin mewawancarai Soekarno. Sebelum wawancara dimulai, Sjahrir masuk ke sebuah kamar, dan kemudian keluar bersama orang yang tubuhnya jauh lebih gagah dibanding dirinya, memiliki suara bariton yang khas, dan rambut pada bagian depan kepalanya mulai menipis. Arnold belum tahu kalau itu Soekarno. Dalam situasi yang sangat personal seperti itu, Sjahrir konon memanggil Bung karno sama dengan cara Bung Hatta memanggilnya, yaitu Karno atau kadang no saja. Tetapi yang membuat Arnold bener-bener terkejut adalah ketika keduanya tiba-tiba bicara dengan nada menegang, mendekati saling bentak. Setelah wawancara selesai, Sjahrir menceritakan bahwa dia baru saja berdebat dengan Soekarno soal “Front Bekasi” yang membara. Sjahrir meyakinkan Soekarno bahwa pertempuran yang terjadi di Front Bekasi akan memperkuat kedudukan republik dalam sengketa melawan Belanda. Sebaliknya Soekarno meragukan pandangan semacam itu.

Di awal tahun 1960-an, Arnold Bracman kembali ke Indonesia dan datang menemui Sjahrir. Saat itu, Sjahrir sudah memperkirakan bahwa Soekarno akan makin sulit mengendalikan orang-orang komunis. Sjahrir yang sudah diamati terus gerak-geriknya, akhirnya didatangi Soebandrio, orang yang dulunya tak lain adalah salah satu “anak didik” Sjahrir di PSI, tetapi kemudian berbelok dan menjadi orang kepercayaan Soekarno, bahkan diberi kepercayaan memimpin lembaga intelijen BPI. Dalam pertemuan itu, Soebandrio menawarkan sesuatu kepada Sjahrir, sebuah tawaran yang sebenarnya berasal dari Soekarno. Tetapi Sjahrir tidak merespon kesungguhan Soebandrio. Sjahrir malah hanya terkekeh sambil berkata… “Sudahlah Ban … ”

Soekarno konon marah besar mendengar respon Sjahrir itu. Dan dengan alasan yang dibuat-buat, yaitu dengan mengatakan bahwa Sjahrir dan beberapa orang merencanakan tindakan makar, maka Sjahrir dibawa ke Rumah Tahanan di Madiun. Padahal, yang disebut pertemuan merencanakan makar itu tak lebih hanyalah ketika Sjahrir dan beberapa orang bertemu di Gianyar untuk menghadiri ngaben dalam rangka pemakaman Raja Gianyar, orangtua mantan Mendagri Dr Ide Anak Agung Gde Agung.

Ketika Sjahrir jatuh sakit, dan beberapa kali jatuh selama di tahanan karena stroke-nya, Soekarno akhirnya dengan alasan kemanusiaan mengijinkan Sjahrir berobat ke Zurich, Swiss. Pengobatan itu tidak berhasil dan akhirnya Sjahrir wafat di Zurich.

Soekarno yang mendengar kematian Sjahrir, tanpa menunggu masukan dari siapapun, langsung mengelkuarkan surat keputusan presiden yang menyatakan bahwa Sjahrir adalah pahlawan nasional, dan dia berhak mendapatkan pemakaman kenegaraan secara militer pada bulan April 1966. Pemakaman itu sendiri menjadi snagat bersejarah, dan membuktikan betapa besarnya karakter Sjahrir. Hampir satu juta rakyat Jakarta turun ke jalan mengiringi jenazahnya. Ketika jenazah tiba di Kalibata, rombongan terakhir pengantar jenazah masih mengular di sekitar bundaran HI.

Pidato Bung Hatta di pemakaman Sjahrir begitu “menggetarkan” … sebuah pidato yang mengritik kelaliman Soekarno. Hanya saja, kali ini Soekarno tidak bisa berbuat apa-apa, karena sebulan sebelum pidato Hatta, Soekarno praktis tidak lagi mengendalikan keadaan, karena telah memberikan Super Semar kepada Jenderal Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban menyusul pecahnya G 30 S/PKI.

Jadi, kita bisa melihat kembali peristiwa-peristiwa ini untuk “mengukur” apa sesungguhnya yang dimaui oleh SBY, yang JK sendiri mengaku tidak tahu.

Apakah SBY akan mengangkat JK menjadi penasehat presiden?

Mengapa SBY seolah digerakkan oleh semacam “projection of fear” hingga melakukan keputusan-keputusan yang terasa “berlebihan” dalam rangka kepresidenannya yang kedua.

Bukankah belum lama PD ngebet menggandeng PDIP dan Golkar dengan alasan agar terbentuk pemerintahan yang kuat?

Mengapa takut banget sama oposisi yak!

Saya sendiri berdoa, moga Pak Kalla bisa menjalani hari-harinya dengan sehat walafiat setelah usai jadi wapres.

Biarlah padaeng kita ini berkhidmat di dunia sosial, menikmati hari-hari bersama keluarganya, menjadi “penasehat bisnis” bagi anak-anak dan para mitra bisnisnya, dan tidak diganggu-ganggu oleh jabatan publik yang nggak jelas.

Siapa tahu Pak Kalla baca tulisan gue ini.

( berfantasi dikit boleh kan … he he he …)

Segitu saja.

Salam hangat,
credit to Hadiwin

Produser Program OASIS Metrotv, Mantan Ketum HMI Cabang Jember

“The Power of Giving “

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dalam suasana bulan Ramadhan seperti ini mari kita kembali merenungi diri kita dan mengupas tuntas diri kita, sejauh mana aktivitas dan prilaku baik dan buruk yang telah kita lalui. Dhulurs dalam kesempatan ini aku postingkan sedikit ulasan “Kekuatan dari Memberi” semoga bisa menjadi suatu motivasi bahwa hidup ini Indah dengan kemampuan kita untuk saling berbagi dan memberi kepada sesama.

Kita tahu bahwa memberi dan atau pemberian membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik dan kita hampir kebanyakan merasakan keuntungan terhadap pribadi kita akibat dari memberi dan atau pemberian yang kita lakukan atau kita terima.

Itulah sebabnya kenapa kita pasti merasakan dan bisa terinspirasi dari kekuatan memberi dan atau menerima karena sangatlah membantu menciptakan harapan dari diri kita.

Ketika kita melakukan memberi dan atau menerima dari orang lain atas pemberian, maka kita berpikir:

  • Bagaimana sederhananya aktivitas tersebut tetapi mampu menyehatkan pikiran kita, meningkatkan kekerabatan sesama, menjalin keakraban antara bawahan dan atasan serta menimbulkan rasa kebahagiaan yang lebih..
  • Bagaimanapun juga kita harus memberdayakan potensi daripada sifat welas asih memberi tersebut.
  • Bagaimanapun pemberdayaan daripada sifat pemberi adalah lebih efektif dengan asumsi cara pemilihan sifat tersebut harus pada waktu dan saat yang tepat dan benar, dengan situasi tempat,  sebab akibat dan kapan harus memberi dan atau mungkin menerima dari sesama.

Kekuatan memberi sebenarnya berangkat dari inner diri kita masing-masing sebagaimana setiap diri kita mau atau tidak menghidupkan gairah kehidupan dari dalam dan bagaimana kita mampu memperbaiki dan meningkatkan untuk memberi.

Kekuatan memberi akan terlihat bilamana dalam hati kita yang menggerakkan untuk melakukannya karena sifat memberi adalah kunci awal dari sisi kehidupan manusia. Sedangkan akibat dari prilaku yang suka memberi adalah tetap rahasia Ilahi Robbi dalam memberikan timbale baliknya kepada kita dan itu pasti akan lebih baik, entah kapan , entah dimana, dan kita kadang tidak menyadari apa yang telah kita capai / achieve saat ini akibat dari sifat memberi yang kita pupuk dengan baik.

Pada akhirnya kita akan benar-benar percaya bahwa Kekuatan Memberi akan mampu merubah perjalanan hidup kita dengan serba kemudahan dan ini tidak banyak orang yang mampu mendapatkannya.
Sesuai anjuran Rasulullah “Tangan dibawah tidak lebih baik dari Tangan Diatas” / “Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah”.

Salam motivasi,
Parman (http://www.facebook.com/profile.php?id=100000021834369&ref=mf)

HRD PT. aschulman, Mantan Trainer dan Pengurus HMI Komsas Jember.

Lowongan CPNS LIPI 2009

Bagi yang tertarik ingin menjadi CPNS LIPI, berikut ini ada informasi lowongan di sana.

Syarat-syarat umum :
Warga Negara Republik Indonesia.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Memiliki integritas yang tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak Berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri / Pegawai Negeri di instansi lain.
Tidak berkedudukan sebagai anggota atau pengurus partai politik.
Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri atau pegawai swasta.
Tidak pernah dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan pemerintah.
Berkelakuan baik.
Sehat jasmani dan rohani.
Selain itu dikenakan juga beberapa syarat khusus untuk CPNS LIPI :
Mempunyai kompetensi yang diperlukan.
Usia minimal 18 tahun. Usia setinggi-tingginya 27 tahun bagi pelamar berpendidikan D3; 30 tahun bagi pelamar berpendidikan D4 dan S1; dan 35 tahun bagi pelamar berpendidikan S2 dan S3. Batasan usia dihitung berdasarkan rencana penetapan TMT CPNS sesuai ketentuan MenPAN yaitu tanggal 1 Desember 2009.
Umur ijasah terakhir setinggi-tingginya 4 tahun untuk ijasah D3 dan D4; 6 tahun untuk ijasah S1, S2, dan S3.
Indeks Prestasi Kumulatif minimal bagi pelamar yang berpendidikan S1, S2, dan S3 adalah 2,75; bagi pelamar yang berpendidikan D3 dan D4 adalah 2,70 dengan skala 4,00.
Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan untuk Berkas Lamaran :

Berkas Lamaran utama yang dicetak langsung dari situs SIPC LIPI setelah proses registrasi.
Fotokopi ijasah pendidikan terakhir yang dilegalisir.
Untuk proses penerimaan CPNS, dipersyaratkan Ijasah Pendidikan terakhir, sedangkan Surat Tanda Kelulusan TIDAK BERLAKU.
Fotokopi transkrip nilai pendidikan terakhir yang dilegalisir.
Fotokopi KTP.
Fotokopi halaman judul dan abstrak tugas akhir / tesis / disertasi.
Bagi yang mempunyai masa pengabdian pada lembaga swasta yang berbadan hukum, harus melampirkan foto copy sah surat keputusan / bukti pengangkatan pertama dan terakhir
Bila ada, bisa juga dilampirkan sertifikat-sertifikat pendukung.
Pilihan unit kerja di bawah LIPI

LIPI merupakan lembaga ilmu pengetahuan multi disiplin dengan 47 satuan kerja yang tersebar di seluruh Indonesia dan meliputi semua bidang kajian ilmu serta administrasi. Untuk itu, sebelum melakukan registrasi pastikan untuk mengetahui detail satuan kerja yang Anda minati melalui halaman FORMASI. Dalam registrasi lamaran, setiap pelamar diberi kesempatan untuk memilih maksimal 3 satuan kerja sesuai dengan urutan prioritas.

Satuan kerja dengan beberapa alamat lokasi menunjukkan bahwa satuan kerja tersebut memiliki beberapa lokasi yang terpisah.

Jumlah lowongan dan syarat IPK minimum

Jumlah lowongan yang dibuka untuk tahun 2009 sebanyak 131 orang (tentatif).

Secara umum IPK minimal untuk CPNS adalah 2,70 untuk D3 dan D4, serta 2,75 untuk S1-S3 dengan skala 4,00. Namun untuk LIPI, akan dilakukan pemeringkatan pada tahap verifikasi administrasi untuk menentukan pelamar yang dipanggil untuk mengikuti ujian tulis sampai sebanyak lebih kurang 20 kali jumlah formasi untuk setiap bidang kompetensi. Sehingga tidak semua pelamar dengan IPK diatas IPK minimum akan dipanggil untuk mengikuti ujian tulis.

Dari hasil pemeringkatan ujian tulis, untuk ujian wawancara akan dipanggil lebih kurang 5 kali jumlah formasi untuk setiap bidang kompetensi.

Kesesuaian bidang studi, profesi, tingkat pendidikan dan satuan kerja yang diminati

Perlu dipahami bahwa setiap satuan kerja membutuhkan personil untuk profesi peneliti, teknisi dan administrasi dari berbagai tingkat pendidikan (D3, D4, S1, S2, S3) dengan berbagai latar belakang kajian ilmu, selain kajian ilmu utamanya. Untuk itu pastikan personil yang dibutuhkan satuan kerja pilihan Anda melalui halaman FORMASI. Perhatikan dan sesuaikan minat dengan spesifikasi khusus (bila ada) yang tertulis.

Meski demikian LIPI tidak menjamin bahwa setiap pelamar akan ditempatkan sesuai dengan formasi di satuan kerja dan / atau lokasi yang diinginkan. Dalam kasus perbedaan pilihan profesi serta posisi penempatan akan disampaikan dan ditanyakan langsung pada tahap ujian wawancara.

Khususnya untuk syarat tingkat pendidikan, tidak diharuskan melamar dengan tingkat pendidikan terakhir. Bila pelamar berminat pada formasi dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari yang dimiliki, maka pada kolom PENDIDIKAN TERAKHIR harus dituliskan perguruan tinggi dan ijasah dari tingkat pendidikan formasi tersebut. Perlu diingat bahwa syarat usia dan tahun kelulusan mengikuti ijasah dari tingkat pendidikan yang dipakai untuk melamar !

Untuk pilihan bidang kompetensi, sesuai ketentuan dari BKN pastikan untuk memilih bidang kompetensi sesuai dengan nama jurusan yang tertulis di ijasah. Bagi pelamar yang memilih bidang kompetensi yang berbeda dengan yang tertulis di ijasah akan gugur di tahap verifikasi administrasi !

Perjanjian bagi pelamar

Poin-poin berikut merupakan perjanjian yang berlaku bagi seluruh pelamar CPNS LIPI 2009 :

Sistem Informasi Penerimaan CPNS LIPI ini merupakan satu-satunya informasi dan layanan resmi terkait dengan Penerimaan CPNS LIPI.
Pelamar wajib mengikuti informasi terbaru yang disampaikan melalui situs ini secara berkala.
Kesalahan / kelalaian mengikuti prosedur yang ditetapkan dan berakibat langsung maupun tidak langsung pada pelamar merupakan tanggung-jawab pelamar.
Panitia Penerimaan CPNS LIPI tidak menerima kontak langsung baik melalui tatap muka maupun alat komunikasi lainnya terkait dengan seluruh proses Penerimaan CPNS LIPI.
Pengirim data lamaran dianggap telah membaca dan memahami seluruh proses yang telah ditetapkan.
Bagi pelamar yang dinyatakan lulus seluruh proses seleksi tetapi mengundurkan diri diwajibkan mengganti biaya yang telah dikeluarkan Panitia sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Tahapan dan jadwal penerimaan CPNS LIPI

Tahapan dan batas waktu penerimaan CPNS LIPI adalah :
I. Verifikasi administrasi :
– Pengumuman resmi melalui media massa : 3 September 2009
– Penerimaan registrasi lamaran melalui situs SIPC LIPI : 3-25 September 2009
– Penerimaan Berkas Lamaran dan dokumen pendukung : 3-25 September 2009 (diterima LIPI)
– Verifikasi administrasi oleh Panitia : 10-30 September 2009
– Pengumuman pelamar dipanggil ujian tulis : 3 Oktober 2009
II. Ujian tulis :
– Verifikasi fisik pelamar dipanggil ujian tulis : 8-9 Oktober 2009
– Ujian tulis dan psikotes : 10 Oktober 2009
– Pengumuman pelamar dipanggil ujian wawancara : 13 Oktober 2009
III. Ujian wawancara :
– Wawancara : 15-16 Oktober 2009
IV. Hasil final :
– Pengumuman pelamar diterima : 22 Oktober 2009
– Registrasi ulang dan penyerahan berkas pelamar diterima : 26-30 Oktober 2009
– Pemberkasan dokumen : 1-16 November 2009
– Mulai bekerja : Awal 2010

PERHATIAN :

Jadwal diatas bisa berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi ! Untuk itu pastikan bahwa Anda selalu melihat situs SIPC LIPI secara berkala.
Sesuai kesepakatan di Rakornas CPNS 2009, ujian tulis untuk CPNS Pusat akan diselenggarakan pada tanggal yang sama. Untuk itu pastikan pilihan Anda sedini mungkin.
Persiapan sebelum mengajukan lamaran

Proses awal registrasi lamaran melalui situs SIPC LIPI merupakan tahapan paling krusial. Proses ini dilakukan sepenuhnya oleh pelamar. Untuk mengurangi kesalahan, pelamar dihimbau untuk mempersiapkan seluruh data dan dokumen pendukung yang diperlukan. Dalam proses verifikasi, panitia tidak memiliki (dan tidak diberi) wewenang untuk melakukan perubahan pada isian Anda. Sehingga ketidaksesuaian antara isian dan berkas lamaran yang dikirimkan kemudian akan berakibat pada ketidaklulusan pada tahap I.

Untuk menghemat waktu akses, sebelum mengisi formulir lamaran ini pastikan bahwa Anda telah menyiapkan data-data dan dokumen pendukung minimal, yaitu :

Nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Tahun dan nomor ijasah pendidikan terakhir.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) transkrip nilai pendidikan terakhir.
berkas dijital pasfoto warna berukuran 200 x 150 piksel dalam format JPEG (dengan nama ekstensi JPG) dan maksimal berukuran sebesar 15 Kb.
Surat elektronik (Email) yang biasa dan selalu Anda akses secara berkala. Informasi khusus akan disampaikan melalui surat elektronik secara langsung.
Judul dan abstrak tugas akhir / tesis / disertasi.
Untuk pelamar lulusan dari luar-negeri, diwajibkan melampirkan Surat Keterangan Akreditasi dari Dikti Depdiknas.
Proses dan prosedur lamaran

Persiapan data yang dipersyaratkan.
Siapkan seluruh data dan dokumen tersebut diatas.
Lakukan registrasi lamaran melalui situs SIPC LIPI (http://cpns.lipi.go.id) dengan meng-klik halaman LAMARAN.
Saat pengisian pastikan untuk mengisi formulir dengan benar dan lengkap sesuai petunjuk tertulis. Kesalahan pengisian sehingga terjadi ketidaksesuaian dengan berkas lamaran yang akan dikirim melalui pos mengakibatkan ketidaklulusan pada tahap I (verifikasi administrasi). Dalam proses pengisian hindari menekan tombol ENTER, sebaliknya pakai tetikus untuk memindahkan kursor ke kolom yang diinginkan. Setelah selesai, tekan tombol KIRIM. Akan segera ditampilkan NOMOR LAMARAN dan KATA-SANDI Anda.
Lakukan LOGIN memakai jendela login di sebelah kiri. Kemudian unggah pasfoto serta revisi isian lamaran bila ada kesalahan.
Bila sudah selesai, tekan tombol KIRIM.
Kembali lakukan proses login. Kemudian setelah memastikan semuanya ditampilkan dengan baik, tampilkan berkas lamaran dengan mengklik tautan CETAK BERKAS LAMARAN. Cetak halaman yang ditampilkan memakai mesin pencetak berwarna.
Tanda tangani berkas lamaran yang telah dicetak dan tulis jumlah dokumen yang dilampirkan. Pastikan untuk melengkapi dengan seluruh dokumen pendukung yang dipersyaratkan serta dokumen-dokumen lain (bila ada).
Jepit seluruh dokumen dengan stapler dan masukkan dalam map / amplop tertutup yang telah ditulis NOMOR LAMARAN di bagian depannya.
Masukkan ke dalam amplop besar tanpa dilipat, kirim melalui pos ke :
Kepala LIPI up Biro Organisasi dan Kepegawaian LIPI
P.O. Box 4324
Jakarta 12190
atau dimasukkan langsung ke dalam kotak Penerimaan CPNS LIPI di :
Meja Resepsionis up Biro Organisasi dan Kepegawaian LIPI
Gd. Widya Sarwono (lt. 1)
Jl. Gatot Subroto 10
Jakarta 12710
Pengecekan status lamaran

Segera setelah registrasi lamaran, setiap pelamar akan mendapatkan NOMOR LAMARAN yang unik. Simpan dengan baik nomor lamaran ini ! Dengan nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki, para pelamar bisa melakukan revisi atas formulir registrasi sebelum verifikasi administrasi atas lamaran tersebut dilakukan.

Seluruh proses Penerimaan CPNS LIPI bisa dipantau oleh pelamar dan publik secara waktu riil. Data detail proses lamaran (hasil verifikasi, nilai, dsb) bisa diakses hanya oleh pelamar yang bersangkutan melalui jendela login di sebelah kiri dengan memasukkan nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki. Para pelamar diwajibkan memantau lamarannya melalui situs SIPC LIPI. LIPI tidak bertanggung-jawab atas aneka kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian para pelamar.

Publik bisa mengakses seluruh proses namun dengan pembatasan isi informasi lamaran untuk menjaga privasi para pelamar.

Tahap I : verifikasi administrasi

Proses verifikasi dilakukan langsung segera setelah berkas lamaran diterima oleh Panitia. Verifikasi dilakukan untuk melihat kesesuaian data registrasi yang telah diisi oleh pelamar melalui situs SIPC LIPI dengan dokumen fisik yang telah diterima Panitia.

Pelamar bisa mengakses informasi detail hasil verifikasi melalui halaman pelamar yang bisa diakses melalui jendela login di sebelah kiri dengan memasukkan nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki. Melalui halaman ini informasi verfikasi per-item bisa diketahui.

Apabila ada item isian yang tidak lolos verifikasi karena kesalahan dokumen fisik yang diserahkan, pelamar masih bisa mengirim ulang dokumen yang kurang / salah dengan disertai Berkas Lamaran yang dicetak langsung dari situs SIPC LIPI selama batas waktu penyerahan dokumen fisik belum terlewati.

Apabila ada item isian yang tidak lolos verifikasi karena kesalahan pengisian oleh pelamar saat registrasi, pelamar masih dimungkinkan untuk melakukan registrasi ulang dan mengirimkan kembali Berkas Lamaran beserta seluruh dokumen pendukung selama batas waktu registrasi dan penyerahan berkas belum terlewati,

Ingat bahwa LIPI TIDAK melayani tanya jawab dalam bentuk apapun terkait dengan lamaran !

Tahap II : ujian tulis dan psikotes

Tahap ujian tulis akan dilakukan sesuai dengan jadwal. Hanya pelamar dengan ranking teratas sesuai jumlah minimal untuk setiap formasi yang ditetapkan yang akan dipanggil untuk mengikuti ujian tulis.

Sebelum tanggal pelaksanaan ujian tulis, seluruh pelamar yang dipanggil ujian tulis diwajibkan hadir di lokasi ujian tulis (yang akan ditentukan kemudian) untuk melakukan verifikasi fisik serta mendapatkan nomor kursi ujian tulis. Jadwal verifikasi fisik dibuka tanggal 8-9 Oktober 2009 (pk. 09:00 – 15:00 WIB). Saat verifikasi fisik, pelamar diwajibkan membawa KARTU PESERTA UJIAN yang dicetak langsung dari situs SIPC LIPI. Kartu Peserta Ujian bisa dicetak dari halaman registrasi masing-masing pelamar setelah login memakai nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki. Pada halaman registrasi pelamar yang lolos tahap I akan ditampilkan tautan CETAK KARTU PESERTA UJIAN.

Masa ujian tulis adalah 1 (satu) hari kerja bersama-sama untuk seluruh pelamar yang dipanggil.

Waktu pelaksanaan ujian tulis 08:00 – 15:00 WIB. Setiap peserta diwajibkan membawa :

Kartu Tanda Peserta Ujian yang sudah disahkan saat verifikasi fisik sebelum ujian tulis.
Pensil 2B.
Penghapus pensil.
Alas untuk menulis.
Selain itu sangat disarankan untuk membawa bekal makanan dan minuman mengingat keterbatasan penjual makanan dan minuman di sekitar lokasi ujian. Peserta dianjurkan mempergunakan kendaraan umum untuk mencapai lokasi ujian tulis mengingat ketiadaan lahan parkir di sekitar lokasi.
Jenis dan materi ujian tulis :

Tes Pengetahuan Umum (TPU) : materi sama untuk semua peserta.
Tes Bakat Skolastik (TBS) : materi sama untuk semua peserta.
Tes Skala Kematangan (TSK)
Psikotes tertulis.
Setiap materi memiliki bobot : 30 persen (TPU), 30 persen (TBS) dan 40 persen (TSK) dalam total nilai. Sedangkan hasil psikotes akan menjadi rujukan untuk tahapan berikutnya.
Data nilai ujian tulis bisa diakses oleh pelamar yang bersangkutan. Halaman pelamar bisa diakses melalui jendela login di sebelah kiri dengan memasukkan nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki.

Lokasi ujian tulis yang direncanakan :

LIPI Pusat
Jl. Gatot Subroto 10
Jakarta 12710
Tahap III : ujian wawancara

Wawancara akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa gelombang sesuai dengan jumlah pelamar yang akan dipanggil mengikuti wawancara.

Setiap pelamar yang dipanggil untuk mengikuti ujian wawancara harus memperhatikan satuan kerja yang memanggil. Pelamar yang sama bisa dipanggil oleh lebih dari satu satuan kerja. Pada kasus ini, pelamar harus mengikuti seluruh ujian wawancara dari semua satuan kerja yang memanggil.

Lokasi ujian wawancara :

LIPI Pusat
Jl. Gatot Subroto 10
Jakarta 12710
Waktu ujian adalah pk. 08:00 – 18:00 WIB. Detail jadwal setiap satuan kerja dan pelamar yang dipanggil oleh satuan kerja akan ditempelkan di lokasi. Untuk itu setiap pelamar dimohon memastikan jadwalnya masing-masing pada hari pertama tersebut di LIPI Pusat, Jakarta.
Pada saat ujian wawancara, peserta diwajibkan membawa dokumen :

Kartu Tanda Peserta Ujian yang sudah disahkan saat verifikasi fisik sebelum ujian tulis.
Dokumen fisik Tugas Akhir / tesis / disertasi untuk D3/D4/S1/S2/S3.
Surat Pernyataan Ganti Rugi dan meterai Rp. 6.000,- (1 lembar). Surat Pernyataan harus diambil dari halaman e-BERKAS dan dicetak sendiri.
Kelulusan CPNS LIPI

Pengumuman pelamar yang diterima dan proses selanjutnya yang harus ditempuh akan diumumkan kemudian. Data detail seluruh proses lamaran (hasil verifikasi, nilai, dsb) bisa diakses oleh pelamar yang bersangkutan melalui jendela login di sebelah kiri dengan memasukkan nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki.

Membuat dan memasukkan pasfoto

Bagaimana mempersiapkan pasfoto dijital ?

Pasfoto dijital bisa dibuat dengan mengambil gambar Anda memakai kamera dijital, atau melakukan pemindaian foto konvensional dengan mesin pemindai.
Bagaimana mendapatkan pasfoto sesuai dengan dimensi (150 x 200 piksel) dan ukuran berkas (< 15 Kb) seperti dipersyaratkan ?

Setelah mendapatkan berkas gambar, baik langsung dari kamera dijital ataupun hasil pemindaian, pakai perangkat lunak pengolah foto untuk menyesuaikan dimensi dengan melakukan pengecilan dimensi riil. Untuk mencapai ukuran berkas lebih kecil dari 15 Kb, pastikan bahwa resolusi pasfoto Anda tidak lebih dari 100 dpi.
Bagaimana mendapatkan format JPEG ?

Setelah gambar siap dan sesuai dimensi yang dipersyaratkan, lakukan penyimpanan dalam format JPEG dengan nama ekstensi jpg. Setelah disimpan, pastikan bahwa ukuran berkas kurang dari 15 Kb !
Bagaimana kalau ingin mengganti pasfoto yang telah diunggah sebelumnya ?

Selama proses verifikasi terhadap registrasi Anda belum dilakukan, pasfoto bisa diganti dengan melakukan unggah ulang.
Dengan proses diatas Anda akan siap mengunggah pasfoto Anda untuk melengkapi registrasi lamaran melalui situs SIPC LIPI. Bila Anda masih mengalami kesulitan, silahkan meminta bantuan ke orang-orang di sekitar Anda. Umumnya Anda bisa mendapatkan bantuan dengan mudah melalui toko cuci cetak foto yang menyediakan jasa pencetakan foto dijital, atau para penjaga warung internet terdekat.

Mencetak Berkas Lamaran dan Kartu Peserta Ujian

Berkas Lamaran bisa dicetak setelah data registrasi disimpan. Pastikan bahwa seluruh data dan pasfoto Anda sudah diisikan dengan benar. Setelah login kembali memakai nomor lamaran dan kata-sandi yang dimiliki, klik tautan CETAK BERKAS LAMARAN. Akan ditampilkan halaman siap cetak untuk surat lamaran. Setelah memastikan bahwa data diri, pasfoto dan kode bar ditampilkan dengan benar, silahkan cetak memakai mesin pencetak berwarna pada kertas warna putih ukuran A4.

Untuk Kartu Peserta Ujian, tautan CETAK KARTU UJIAN akan ditampilkan setelah proses verifikasi dan penentuan peserta yang dipanggil selesai. Setelah memastikan bahwa data diri, pasfoto dan kode bar ditampilkan dengan benar, silahkan cetak memakai mesin pencetak berwarna pada kertas warna putih ukuran bebas (selama seluruh bagian Kartu Peserta Ujian tercetak).

Apabila hasil cetakan terlalu besar / kecil dari ukuran kertas A4, lakukan perubahan ukuran font pada perambah yang dipakai !

Latar belakang SIPC LIPI

Terkait dengan perubahan proses penerimaan CPNS secara umum oleh MenPAN / BAKN sejak 2004, LIPI sebagai salah satu lembaga pemerintah mendukung penuh sistem baru tersentralisasi yang diberlakukan. Sistem ini ditujukan untuk meningkatkan transparansi proses guna mendapatkan insan-insan muda Indonesia terbaik sebagai abdi pelayan masyarakat di masa depan.

Khususnya untuk LIPI, SIPC sangat relevan terkait dengan status LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan utama di Indonesia. Sehingga kemampuan memakai sistem informasi semacam ini bagi para pelamar merupakan syarat mutlak di era informasi ini.

Prinsip dasar implementasi SIPC LIPI

Guna mencapai tujuan diatas, LIPI menganggap perlu untuk mengimplementasikan Sistem Informasi Penerimaan CPNS LIPI – SIPC LIPI berbasis web. Sistem ini memungkinkan seluruh proses dilakukan secara online dan transparan bagi semua pihak terkait (pelamar, panitia dan masyarakat). Untuk itu, sejak proses pengembangan sampai implementasi dipegang beberapa prinsip dasar utama :

Mudah dipakai dan dipelihara oleh seluruh pihak terkait (pelamar, panitia, LIPI).
Berbasis web dinamis.
Permanen : sistem yang bisa dipakai sepanjang tahun.
Transparan : memungkinkan kontrol internal yang ketat dan pencekan ulang antar bagian dan level.
Sekuriti akses di setiap level.
Penanggung-jawab SIPC LIPI

SIPC LIPI dimiliki oleh LIPI dan dikelola oleh Panitia Penerimaan CPNS LIPI. Secara teknis SIPC LIPI dikelola oleh Pengelola Layanan dari Tim Gabungan Jaringan LIPI.
Penanggung-jawab : Sekretaris Utama LIPI
Ketua Pelaksana : Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian LIPI
Teknis SIPC LIPI : – Pelaksana Penanggung-jawab Harian TGJ LIPI
– Pengelola Layanan TGJ LIPI

http://www.cpns.lipi.go.id