HMI dan Polisi Sepakat Bermitra

BANJARSARI—Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Surakarta dan Polisi akan memosisikan sebagai mitra kerja. Keduanya sama-sama mengharapkan dapat bekerja sama demi mewujudkan kondisi Kota Surakarta yang dinamis dan menghindari perpecahan. Hal itu sebagai langkah mengantisipasi merembetnya perpecahan antara HMI dan Polisi sebagaimana terjadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Presidium Korps Alumni HMI (Kahmi), Hari Mulyadi mengatakan, sejak kelahirannya HMI tak bisa dipisahkan dari elemen bangsa ini yang mendukung kemajuan. Hal itu terbukti dengan keberadaan alumni-alumni HMI yang berada di barisan tokoh nasional serta di jajaran Kepolisian itu sendiri. Beberapa tokoh nasional yang ia sebutkan sebagai alumni HMI adalah Ketua DPR Marzuki Ali, Anas Urbaningrum dan Fuad Bawazier, “Bahkan Kapoltabes Surakarta sendiri adalah alumni HMI,” kata Hari.

Pertemuan itu sendiri dilaksanakan di Kantor Sekretariat HMI cabang Surakarta, Rabu (10/3). Hari menjelaskan kejadian perpecahan antara HMI dan Polisi yang diketahui secara nasional ini bermula dari kejadian kecil di Makassar. (nun)

http://www.harianjoglosemar.com/berita/hmi-dan-polisi-sepakat-bermitra-11314.html

Patriotisme Konstruktif bagi HMI

HmI's Flag 1

Oleh: Eka Nada Shofa Alkhajar

Persatuan adalah lambang kemenangan, dan perpecahan adalah lambang kehancuran. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh Sejak berpisah tujuh tahun lalu, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)–organisasi alumni HMI–akhirnya bersatu lagi. Deklarasi bergabungnya kembali Presidium Majelis Nasional yang dipelopori mantan Menkeu Fuad Bawazier dengan pimpinan Majelis Nasional yang didukung enam ketua presidium, seperti La Ode Kamaluddin, Noer Sutrisno, Abdullah Hehamahua, Tubagus Farich Nahril, Anwar Arifin, dan A Asri Harahap, disampaikan kepada Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla yang juga penasehat KAHMI di Istana Wapres (Kompas, 22 Juli 2009). Continue reading “Patriotisme Konstruktif bagi HMI”

Rejuvenasi Gerakan Mahasiwa: Sebuah Kebutuhan Mendesak

Oleh: Eka Nada Shofa Alkhajar

“Lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan” (Soe Hok Gie).

Letupan semangat dari seorang aktivis dan demonstran bernama Gie seakan menjadi sebuah nilai idealis yang senantiasa mengilhami Gerakan Mahasiswa (GM) untuk tetap bertahan ditengah benturan zaman yang terus bergulir. Siapa yang memungkiri peran dari GM dalam mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia? Tidak ada. Continue reading “Rejuvenasi Gerakan Mahasiwa: Sebuah Kebutuhan Mendesak”